RSS

Apakah Anak Anda Pemberani?



APAKAH ANAK ANDA PEMBERANI?

Untuk keberhasilan tertentu keberanian mutlak di perlukan. Meskipun demikan harus di bedakan dua macam keberanian: keberanian fisik dan keberanian mental. Jelas bahwa kedua bentuk keberanian itu tidak saling menolak . Kita dapat memiliki kedua nya sekaligus. Namun jelas pula bahwa bidang-bidang tertentu lebih membutuhkan keberanian fisik daripada keberanian mental.
Keberanian fisik ialah tentu saja, sesuatu yang mutlak bagi segala karir olah raga, seperti juga dalam kehidupan petualang dan pertempuran . Keberanian mental di perlukan dalam karir yang berkaitan dengan keadilan dan hukum , namun tentu saja tidak dapat membantu apapun yang sebenar nya tidak mutlak memerlukannya . Sebenarnya keberanian mental di perlukan sekali apabila kita harus berjuang untuk dapat pengakuan masyarakat.
Seperti juga keberanian fisik , keberanian mental dapat dikenali sejak dini. Meskipun demikian , berbeda dengan keberanian fisik, keberanian mental memerlukan sedikt ke dewasaan untuk dapat benar-benar tertanam. Pada usia yang sangat muda seorang anak akan memperhatikan reaksi keberanian mental , namun itu bukan prilaku secara umum . Baru di ambang  remaja kemampuan itu dapat berkembang sepenuh nya dan menetap kuat. Jadi tes ini bagi anak akan menunjukan terutama kecenderungan yang akan berkembang, sedangkan bagi remaja menunjukan kecenderungan yang lebih jauh pasti.

Masalah - Masalah Belajar




Masal
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Masalah-masalah belajar terdiri dari dua faktor , yaitu:
1. Faktor internal
    Masalah belajar internal adalah masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan kekurang beresan siswa dalam belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
a.    Kesehatan
b.   Rasa aman
c.   Faktor kemampuan intelektual
d.  Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e.   Motivasi
f.   Kematangan untuk belajar
g.   Usia
h.   Jenis kelamin
i.    Latar belakang sosial
j.     Kebiasaan belajar
k.    Kemampuan mengingat











Contoh dari masalah belajar internal dapal dilihat dari kasus berikut:
Shinta gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun, ketika ujian sumatif, hasil ulangan Shinta tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Shinta di kelas turun secara drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Shinta tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.
            Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifast: (1) Biologis dan (2) psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dsb. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.












2. faktor eksternal
     Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidak beresan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti:
a. Kebersihan rumah
b. Udara yang panas
c.  Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d.  Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f. Kualitas proses belajar mengajar.
Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:
 Desi seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. la termasuk salah seorang dari sejumlah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkannya saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain Akibatnya, Talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Desi selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Desi dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh "rasa takut" dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Desi untuk belajar.



Penerapan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran



MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Penerapan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran

Di susun
Oleh : kelompok 11
Nama :
 1. Mahyuni Manurung
2. Novita Desandra Tanjung
3. Lanar Nurcholis alfatar
Kelas : B - III sore






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN  MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2014


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kehadiratkan kepada Allah SWT atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran dan Jangkauan ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai tugas dari dosen pengampu mata kuliah Belajar dan pembelajaran untuk memenuhi nilai penulis.
            Penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
            Penulis meminta maaaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun yang lainnya, dan penulis pun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Terima kasih.
Medan, November 2014

Penulis


DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
Pendahuluan.......................................................................................................... 1
Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran............................................. 3
Contoh Penerapan Keterampilan Proses dalam pembelajaran............................... 4
Pendekatan ber-CBSA.......................................................................................... 5
Penilaian................................................................................................................ 6
Daftar Pustaka....................................................................................................... 8


PENDAHULUAN

Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan – keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan – kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri pebelajar.

Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/ bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang sangat relevan dengan prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Prinsip-prinsip yang harus muncul di dalam CBSA ada delapan, yaitu: (1) motivasi siswa, (2) pengetahuan prasyarat, (3) tujuan yang akan dicapai, (4) hubungan sosial, (5) belajar sambil bekerja, (6) perbedaan individu, (7) menemukan, dan (8) pemecahan masalah. Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual ada tujuh, yaitu : (1) konstruktivis (constructivism), (2) inkuiri (inquiry), (3) bertanya (questioning),(4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assestment).

Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Secara garis besar, ada sepuluh prinsip yang harus muncul di dalam pendekatan keterampilan proses, yaitu: (1) kemampuan mengamati, (2) kemampuan menghitung, (3) kemampuan mengukur, (4) kemampuan mengklasifikasikan, (5) kemampuan menemukan hubungan, (6) kemampuan membuat prediksi (ramalan), (7) kemampuan melaksanakan penelitian, (8) kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, (9) kemampuan menginterpretasikan data, dan (10) kemampuan mengkomunikasikan hasil.


Penerapan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran

Penerapan keterampilan Proses dalam Pembelajaran Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran matematika di Sekolah  perlu mempertimbangan pengorganisasian kelas, metode/teknik pembelajaran yang sesuai, dan penilaian pembelajaran.

Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keluasaan gerak, merasa aman, bergembira, dan bersemangat dalam belajar. Dengan kondisi yang demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa akan maksimal.

Penggunaan metode dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan harus dirancang sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip keterampilan proses dapat muncul semaksimal mungkin di dalam pembelajaran. Metode-metode tersebut antara lain adalah ceramah, diskusi, dan penugasan (resitasi).

Untuk menilai kegiatan belajar dengan keterampilan proses, alat penilaian yang digunakan meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psimotorik.

Penerapan keterampilan dasar PKP pada semua jenjang pendidikan di perlukan untuk mendukung penerapan keterampilan terintergrasi PKP.

Penerapan Keterampilan terintegrasi PKP dalam pembelajaran jenjang pendidikan SLTP dan sekolah menengah atas (SMA) memerlukan pembahasan teori dari tiap keterampilan yang ada di dalam nya.


Untuk memperjelas penerapan keterampilan-keterampilan PKP dalam pembelajaran berikut ini akan di contohkan penerapannyadalam bidang studi IPA dan mata pelajaran Biologi SLTA kelas III A1.
 Contoh : penerapan PKP dalam mata pelajaran Biologi SMA
Mata Pelajaran                        : Biologi                    
Pokok Bahasan                       : Berbagi Ekosistem
Sub-Pokok Bahasan                : Ekosistem Air Tawar
Kelas/ Semester                       : III- A1/5
Implementasi PKP                  : 1. Menjelaskan berbagai contoh ekosistem air tawar
2. Menugaskan siswa melakukan penyeliaan terhadap keadaan    ekosistem air tawar, secara kelompok (2-3 orang)
3. Mendiskusikan hasil penyediaan yang di lakukan oleh tiap-tiap kelompok.

Dari contoh di atas , silakan Anda mengenali jenis-jenis keterampilan PKP yang dikembangkan.


Pendekatan cara belajar siswa aktif
Dalam kegiatan belajar pelaku utama belajar adalah siswa atau pebelajar. Dalam kegiatan pembelajaran , mengingat sifat interaksi dapat di ketahui adanya dua pelaku, yaitu guru dan siswa. Adanya dua pelaku tersebut menimbulkan salah mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan  dan di perbaiki dengan pendekatan CBSA. Dengan pendekatan CBSA berarti anutan pembelajaran mengoptimalisasikan pelibatan intelektual –emosional-fisik siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Anutan Pembelajaran CBSA tersebut bermaksud membina “masyarakat belajar” yang berwawasan pendidikan massa seumur hidup. Dengan harapan, dengan CBSA guru dapat mengoptimalkan terapan teori-teori belajar, prinsip-prinsip pendidikan , hal itu juga berarti bahwa guru bekerja secara profesional.
Pembelajaran ber-CBSA dapat dilakukan oleh guru. Pembselajaran ber-CBSA tersebut dapat dilakukan guru dengan Pendekatan Keterampilan Prose (PKP) yaitu anutan pengembangan keterampialan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampua-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa . Dengan PKP siswa akan (i) memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat pengetahuan , (ii) memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan merasa senang, dan (iii) memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan memproduk ilmu pengetahuan . Dengan demikian PKP berinteraksi timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam pembelajaran.
Dengan adanya kebaikan atau kelebihan pada PKP tersebut maka seyogianya calon guru belajar PKP secara keilmuan untuk dijadikan modal dasar menjadi guru yang profesional.


Penilaian

Dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses, aspek sikap dan nilai perlu pula mendapat penilaian, meskipun banyak hal tidak dapat diukur secara mutlak. Dengan instrumen nontes, seperti skala penilaian, daftar cek, skala sikap, mengarang, tanya jawab, melihat hasil eksperimen siswa, melihat pajangan, hasil kerja siswa, dan pemberian berbagai macam umpan balik secara lisan dan/atau tertulis, hal-hal yang tidak dapat diukur dapat pula dinilai seperti apakah seorang siswa tekun, cermat, dan jujur pada waktu melakukan observasi, apakah siswa rapih dalam melakukan eksperimen dan mengumpulkan data, apakah siswa dapat bersikap terbuka terhadap kritik teman-temannya dan dapat bekerja sama dalam kelompok, serta seorang siswa mempunyai bakat memimpin.

Umpan balik sebagai tindak lanjut hasil penilaian baik formatif maupun sumatif umumnya telah diketahui pada guru sebagai alat yang ampuh untuk memberikan penguatan (reinforcement) atas jawaban yang benar sehingga terjadi nilai tambah atas proses belajar siswa, untuk pengarahan kembali kalau siswa mengambil kesimpulan yang salah demi memperbaiki kesalahan. Adapun ciri-ciri umpan balik yang baik adalah sebagi berikut:
a. Umpan balik hendaknya diberikan secara teratur dan terus menerus. Umpan balik hendaknya menjadi bagian yang wajar dari setiap pelajaran. Guru hendaknya tidak perlu menunggu sampai umpan balik itu diminta oleh siswa, apalagi menunggu sampai orang tua, kepala sekolah, atau penilik/pengawas memintanya.
b. Umpan balik harus jujur. Maksudnya, ialah bahwa umpan balik tersebut harus merupakan pendapat guru yang jujur dan benar tentang kemajuan siswa yang bersangkutan. Walaupun hal ini mungkin sukar bagi siswa tertentu, umpan balik yang samar-samar meragukan, atau hanya mengandung sedikit kebenaran saja tidak akan dapat membantu secara maksimal.
c. Umpan balik harus lengkap. Umpan balik harus mencakup segala sesuatu yang menyangkut pendapat guru tentang tugas/kegiatan siswa. Bilamana dikuatirkan terlalu banyak umpan balik, terutama yang bersifat negatif, akan mencekam atau membingungkan siswa, maka pemberian umpan balik harus benar-benar tepat pada waktunya atau mungkin dapat juga diberikan secara menyebar dalam jangka waktu tertentu. Namun demikian, umpan balik harus selalu lengkap.
d. Umpan balik harus bermanfaat bagi siswa. Umpan balik itu haruslah cukup spesifik dan terperinci. Suatu tanda cek, nilai yang berupa huruf atau angka, atau kata-kata seperti “baik sekali” atau “kurang” sebenarnya kurang berarti bagi seorang siswa. Guru hendaknya memberikan komentar tentang pekerjaan siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono.2013. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Rineka Cipta. Jakarta.